Biasanya, hanya sebagian kecil protein
plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan
diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan spesimen urin acak (random)
atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen
(dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24
jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi
pada urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres
atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan proteinuria
transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria.
Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3 hari
pertama.
Prosedur
1. Spesimen urin acak
(random)
Kumpulkan spesimen
acak (random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin.
Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan
bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan
untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Dipstick mendeteksi
protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin
tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
2. Spesimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam,
masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin. Jika perlu,
tambahkan bahan pengawet. Ukur kadar protein dengan metode kolorimetri
menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi otomatis.
Nilai Rujukan
Urin acak : negatif (≤15 mg/dl)
Urin 24 jam : 25 – 150 mg/24 jam.
Masalah Klinis
Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita yang memiliki risiko tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik dengan yang sehat. Proteinuria yang persistent (tetap ≥ +1, dievaluasi 2-3x / 3 bulan) biasanya menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga akan memberi hasil ≥ +1 yang terdeteksi baik pada spesimen urine pagi maupun urine sewaktu setelah melakukan aktivitas.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan
globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk
penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes
mellitus, dan hipertensi. Sedangkan
peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda
yang sensitif untuk beberapa tipe penyakittubulointerstitiel.
Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein dengan menggunakan sampel urine tampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat keparahan ginjal. Proteinuria rendah (kurang dari 500mg/24jam). Pengaruh obat : penisilin, gentamisin, sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid (Orinase), asetazolamid (Diamox), natrium bikarbonat.
Proteinuria sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan glomerulonefritis akut atau kronis, nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida, toksisitas bahan kimia), myeloma multiple, penyakit jantung, penyakit infeksius akut, preeklampsia.
Proteinuria tinggi (lebih dari 4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut atau kronis, nefritis lupus, penyakit amiloid.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
- Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh
hematuria, tingginya substansi molekular, infus polivinilpirolidon
(pengganti darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran urine
oleh senyawa ammonium kuaterner (pembersih kulit, klorheksidin), urine
yang sangat basa (pH > 8)
- Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh urine
yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah 3)
tengkiu brayyyyyyyyyyyyyy.... tapi sa'at ini saya belum membutuhkannya...:D
BalasHapusiyaa.. silahkan berkunjung kapan" lagi kawan..
BalasHapus