Tes toleransi glukosa oral/TTGO (oral
glucose tolerance test, OGTT) dilakukan pada kasus hiperglikemia yang tidak
jelas; glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau glukosa puasa antara 110-126 mg/dl,
atau bila ada glukosuria yang tidak jelas sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan
pada penderita yang gemuk dengan riwayat keluarga diabetes mellitus; pada penderita
penyakit vaskular, atau neurologik, atau infeksi yang tidak jelas sebabnya.
TTGO juga dapat diindikasikan untuk
diabetes pada kehamilan (diabetes gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang
sebelum hamil tidak menunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme
glukosa pada waktu hamil. Penting untuk menyelidiki dengan teliti metabolisme
glukosa pada waktu hamil yang menunjukkan glukosuria berulangkali, dan juga
pada wanita hamil dengan riwayat keluarga diabetes, riwayat meninggalnya janin
pada kehamilan, atau riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir > 4 kg.
Skrining diabetes hamil sebaiknya dilakukan pada umur kehamilan antara 26-32
minggu. Pada mereka dengan risiko tinggi dianjurkan untuk dilakukan skrining
lebih awal.
Prosedur
Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar 150 gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid (kortison), kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat, asam askorbat. Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.
Kekurangan karbohidrat, tidak ada aktifitas atau tirah baring dapat mengganggu toleransi glukosa. Karena itu TTGO tidak boleh dilakukan pada penderita yang sedang sakit, sedang dirawat baring atau yang tidak boleh turun dari tempat tidur, atau orang yang dengan diit yang tidak mencukupi.
Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan pengambilan darah setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil darah jam ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½ jam dan 1½ jam setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan di sini adalah pengambilan darah pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam.
Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam. Pengambilan sampel darah dilakukan sebagai berikut :
Prosedur
Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar 150 gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid (kortison), kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat, asam askorbat. Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.
Kekurangan karbohidrat, tidak ada aktifitas atau tirah baring dapat mengganggu toleransi glukosa. Karena itu TTGO tidak boleh dilakukan pada penderita yang sedang sakit, sedang dirawat baring atau yang tidak boleh turun dari tempat tidur, atau orang yang dengan diit yang tidak mencukupi.
Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan pengambilan darah setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil darah jam ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½ jam dan 1½ jam setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan di sini adalah pengambilan darah pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam.
Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam. Pengambilan sampel darah dilakukan sebagai berikut :
- Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah
vena 3-5 ml untuk uji glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung
kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya.
- Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan
dalam segelas air (250ml). Lebih baik jika dibumbui dengan perasa,
misalnya dengan limun.
- Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam,
penderita diambil darah untuk pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2
jam penderita mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel
urinenya secara terpisah.
Selama TTGO dilakukan, penderita tidak
boleh minum kopi, teh, makan permen, merokok, berjalan-jalan, atau melakukan
aktifitas fisik yang berat. Minum air putih yang tidak mengandung gula masih
diperkenankan.
Nilai Rujukan
Puasa : 70 – 110 mg/dl (3.9 – 6.1 mmol/L)
½ jam : 110 – 170 mg/dl (6.1 – 9.4 mmol/L)
1 jam : 120 – 170 mg/dl (6.7 – 9.4 mmol/L)
1½ jam : 100 – 140 mg/dl (5.6 – 7.8 mmol/L)
2 jam : 70 – 120 mg/dl (3.9 – 6.7 mmol/L)
Interpretasi
Nilai Rujukan
Puasa : 70 – 110 mg/dl (3.9 – 6.1 mmol/L)
½ jam : 110 – 170 mg/dl (6.1 – 9.4 mmol/L)
1 jam : 120 – 170 mg/dl (6.7 – 9.4 mmol/L)
1½ jam : 100 – 140 mg/dl (5.6 – 7.8 mmol/L)
2 jam : 70 – 120 mg/dl (3.9 – 6.7 mmol/L)
Interpretasi
- Toleransi glukosa normal
Setelah pemberian
glukosa, kadar glukosa darah meningkat dan mencapai puncaknya pada waktu 1 jam,
kemudian turun ke kadar 2 jam yang besarnya di bawah 126 mg/dl (7.0 mmol/L).
Tidak ada glukosuria.
Gambaran yang
diberikan di sini adalah untuk darah vena. Jika digunakan darah kapiler, kadar
puasa lebih tinggi 5.4 mg/dl (0.3 mmol/L), kadar puncak lebih tinggi 19.8 –
30.6 mg/dl (1.1 – 1.7 mmol/L), dan kadar 2 jam lebih tinggi 10.8 – 19.8 mg/dl
(0.6 – 1.1 mmol/L). Untuk plasma vena kadar ini lebih tinggi sekitar 18 mg/dl
(1 mmol/L).
- Toleransi glukosa melemah
Pada toleransi glukosa
yang melemah, kurva glukosa darah terlihat meningkat dan memanjang. Pada
diabetes mellitus, kadar glukosa darah di atas 126 mg/dl (7.0 mmol/L); jika tak
begitu meningkat, diabetes bisa didiagnosis bila kadar antara dan kadar 2 jam
di atas 180 mg/dl (10 mmol/L). Toleransi glukosa melemah ringan (tak sebanyak
diabetes) jika kadar glukosa puasa dibawah 126 mg/dl (7.0 mmol/L), kadar antara
di bawah 180 mg/dl (10 mmol/L), dan kadar 2 jam antara 126-180 mg/dl (7.0-10.0
mmol/L). Terdapat glukosuria, walaupun tak selalu ada dalam sampel puasa.
Pada diabetes
gestasional, glukosa puasa normal, glukosa 1 jam 165 mg/dl (9.2 mmol/L), dan
glukosa 2 jam 145 mg/dl (8.0 mmol/L).
Pada banyak kasus
diabetes, tidak ada puncak 1 jam karena kadar glukosa darah meningkat pada
keseluruhan waktu tes. Kurva diabetik dari jenis yang sama dijumpai pada
penyakit Cushing yang berat.
Toleransi glukosa yang
lemah didapatkan pada obesitas (kegemukan), kehamilan lanjut (atau karena
kontrasepsi hormonal), infeksi yang berat (terutama staphylococci, sindrom
Cushing, sindrom Conn, akromegali, tirotoksikosis, kerusakan hepar yang luas,
keracunan menahun, penyakit ginjal kronik, pada usia lanjut, dan pada diabetes
mellitus yang ringan atau baru mulai.
Tes toleransi glukosa
yang ditambah dengan steroid dapat membantu mendeteksi diabetes yang baru
mulai. Pada pagi dini sebelum TTGO dilaksanakan, penderita diberikan 100 mg
kortison, maka glukosa darah pada 2 jam bisa meningkat di atas 138.8 mg/dl (7.7
mmol/L) pada orang-orang yang memiliki potensi menderita diabetes.
- Penyimpanan glukosa yang lambat
Kadar glukosa darah
puasa normal. Terdapat peningkatan glukosa darah yang curam. Kadar puncak
dijumpai pada waktu ½ jam di atas 180 mg/dl (10 mmol/L). Kemudian kadar menurun
tajam dan tingkatan hipoglikemia dicapai sebelum waktu 2 jam. Terdapat
kelambatan dalam memulai homeostasis normal, terutama penyimpanan glukosa
sebagai glikogen. Biasanya ditemukan glukosuria transien.
Kurva seperti ini
dijumpai pada penyakit hepar tertentu yang berat dan kadang-kadang para
tirotoksikosis, tetapi lebih lazim terlihat karena absorbsi yang cepat setelah
gastrektomi, gastroenterostomi, atau vagotomi. Kadang-kadang dapat dijumpai pada
orang yang normal.
- Toleransi glukosa meningkat
Kadar glukosa puasa
normal atau rendah, dan pada keseluruhan waktu tes kadarnya tidak bervariasi
lebih dari ± 180 mg/dl (1.0 mmol/L). Kurva ini bisa terlihat pada penderita
miksedema (yang mengurangi absorbsi karbohidrat) atau yang menderita antagonis
insulin seperti pada penyakit Addison dan hipopituarisme. Tidak ada glukosuria.
Kurva yang rata juga sering dijumpai pada penyakit seliak. Pada glukosuria
renal, kurva toleransi glukosa bisa rata atau ormal tergantung pada kecepatan
hilangnya glukosa melalui urine.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil
laboratorium
- Penggunaan obat-obatan tertentu
- Stress (fisik, emosional), demam, infeksi,
trauma, tirah baring, obesitas dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
- Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan
kadar glukosa darah. Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa
darah.
- Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah
yang lebih tinggi. Sekresi insulin menurun karena proses penuaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar