BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang
di hadapi oleh masyarakat kita saat ini .Semakin maju teknologi di bidang
kedokteran ,semakin banyak pula macam penyakit yang mendera masyarakat.Hal ini
tentu sajadi pengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu sendiri.Tapi apakah
benar hanya faktor tingkah laku saja yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat?Sebelum membahas tentang masalah kesehatan masyarakat tentunya lebih
baik jika kita memahami konsep dari kesehatan masyarakat itu terlebih dahulu.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Pada makalah ini akan di bahas mengenai konsep dari kesehatan
masyarakat,yaitu antara lain:
ü
Bagaimana sejarah Ilmu kesehatan masyarakat?
ü
Apa periode periode Ilmu kesehatan masyarakat?
ü
Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia?
ü
Apa defenisi Ilmu kesehatan masyarakat?
ü
Apa faktor faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat?
ü
Siapa saja sasaran kesehatan masyarakat?
C.
TUJUAN
Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini
adalah :
ü
Untuk mengetahui sejarah ilmu kesehatan
masyarakat.
ü
Untuk mengetahui periode ilmu kesehatan
masyarakat.
ü
Untuk mengetahui perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia.
ü
Untuk mengetahui defenisi ilmu kesehatan
masyarakat.
ü
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat.
ü
Untuk mengetahui sasaran kesehatan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi
Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut
Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya
tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya
juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia
dalam pendekatan / penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan
pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada
seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan
masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari makanan / minuman
beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan
olahraga. Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya
secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik
dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan
/ pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul
2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok
atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit),
yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada
umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain
yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung
melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi)
sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas
kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan
masyarakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah
antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative
health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care).
Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara
lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan
terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada
umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan
sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.Sedangkan pendekatan
preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi
masalah masyarakat, bukan masalah individu.
Hubungan antara
petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak
seperti antara dokter-pasien. Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat
reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang.
Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat
praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka
selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya
penyakit.Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif,
artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan
masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek
mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah
yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan. Ketiga, pendekatan kuratif
cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis
manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari
kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan
yang lainnya.Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang
utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata
karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas,
aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak
individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.
B. PERIODE - PRIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN
MASYARAKAT
Sejarah panjang
perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan
saja melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern.
Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat
sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu
pengetahuan itu berkembang (scientific period).
·
Periode
Sebelum Ilmu Pengetahuan
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma
telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi
masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa
pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan
peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau
drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat
pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut
bukan karena kesehatan. Dibangunnya latri umum pada saat itu bukan karena tinja
atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak
enak dan pandangan yang tidak menyedapkan.
Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa
minum air kali yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan karena
minum air kali dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984).
Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan
suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah,
melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang
piaraan yang menimbulkan bau, dan sebagainya.
Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk
melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman (public bar),
warung makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya (Hanlon, 1974).
Kemudian pada permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat makin dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi endemi.
Kemudian pada permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat makin dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi endemi.
Penyakit kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia
khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad
ke-7 tersebut telah menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu lepra juga telah
menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para emigran.
Upaya-upaya untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit
tersebut, orang telah mulai memperhatikan masalah lingkungan, terutama hygiene
dan sanitasi lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air
minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu.
Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan
India. Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes,
dan di India, Mesir dan Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang meninggal tiap hari
karena pes.
Menurut catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia waktu
itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu disebut “the
Black Death”. Keadaan atau wabah penyakit-penyakit menular ini berlangsung
sampai menjelang abad ke-18. Disamping wabah pes, wabah kolera dan tipus masih
berlangsung.
Telah tercatat bahwa pada tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang
meninggal, dan pada tahun 1663 sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena
penyakit menular. Pada tahun 1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus
meninggal karena penyakit menular. Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah
pada waktu itu antara lain difteri, tipus, disentri dan sebagainya.
Dari catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat bahwa masalah
kesehatan masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran penyakit menular sudah
begitu meluas dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat
secara menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya.
·
Periode
Ilmu Pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk
kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya penyakit
hanya dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan hanya
secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan adalah
masalah yang kompleks. Oleh sebab itu pendekatan masalah kesehatan harus
dilakukan secara komprehensif, multisektoral.
Disamping itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis
Pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar, Joseph
Lister menemukan asam carbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi
dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi.
Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai
dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat
Inggris terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang
tinggal di perkotaan yang miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi
untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini.
Edwin Chadwich seorang pakar sosial (social scientist) sebagai ketua
komisi ini akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut :
Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk
berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah
yang mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar banyak
dirubung lalat dan kecoa. Disamping itu ditemukan sebagian besar masyarakat
miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan
hidup. Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.
Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus
dan sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya
parlemen mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya
peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi
tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon
diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat).
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang
pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas dan
didalamnya terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran.
Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan
sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa
kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah
mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Pengembangan kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu
asumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang dinamis
antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi
kerja), kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran / kesehatan.
Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah
Amerika telah membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi
departemen ini adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk
(public), termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.
Departemen kesehatan ini sebenarnya merupakan peningkatan departemen
kesehatan kota yang telah dibentuk di masing-masing kota, seperti Baltimor
telah terbentuk pada tahun 1798, South Carolina tahun 1813, Philadelphia tahun
1818, dan sebagainya.
Pada tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai
perhatian kesehatan masyarakat baik dari universitas maupun dari pemerintah di
kota New York. Pertemuan tersebut menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat
Amerika (American Public Health Association).
C.
PERKEMBANGAN
KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
Bapak kesehatan Masyarakat Edwin Chadwich adalah orang yang mula mula
tertarik kepada kematian yang terjadi di kalangan masyarakat kota kota besar di
Inggris .Dari pengamatannya yang teliti dapat menghimpun data yang berkaitan
dengan penyakit,sehingga angka kematian pada golongn masyarakat dapat dicatat
dengan sangat teliti.Bertitik tolak dari penelitiannya ,ia terjun lebih dalam
lagi dalam bidang kesehatan masyarakat .
Generasi generasi setelah Chadwick adalah Winslow yang menjadi muridnya
,yang kemudian dikenal sebagai Pembina kesehatan Masyarakat Modern(public
health modern).Ia menciptakan defenisi untuk kesehatan masyarakat yang diterima
oleh WHO ,yang kemudian lahirlah berbagai defenisi sehat,balasan balasan
tentang usaha usaha pokok kesehatan (basic health service).
Pengaruh defenisi kesehatan masyarakat dari Winshlow kemudian akan membawa
pengaruh dalam perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia .
Barton membagi 4 tingkatan kesehatan ,yaitu:
Barton membagi 4 tingkatan kesehatan ,yaitu:
ü
Tingkat I, Pelaksanaan kesehatan masyarakat
dlakukan melalui cara cara pengobatan di klinik.
ü
Tingkat II, Pelaksanan kesehatan Masyarakat sudah
di perluas melalui cara cara pengobatan di poliklinik ,BKIA,maupun RS,Dari
upaya pengobatan kuratif di kembangkan pula pengobatan preventif pada unit unit
tersebut.
ü
Tingkat III, Pelaksanaan kesehatan masyarakat
telah dikembangkan berbagai usaha usaha pokok kesehatan((basic Health Service)
secara bersamaan ,semuanya dikordinasi secara menyeluruh yang di kenaldengan
istilah Pelayanan kesehatan Terintegrasi.
ü
Tingkat IV, Pada tingkat ini kesehatan
masyarakatpelaksanaannya sudah berorintasi secara lintas sektoral dan
multidisiplin.
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia
dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di
Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan
kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu.
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi
wabah kolera eltor di Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke
Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal
dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan
upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain pada
tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan
pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka
penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu.
Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya
tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya
para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru
pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi
tersebut dilaksanakan lagi.
Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch,
kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia.
Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van
Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada
tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS
(Nederland Indische Arsten School).
Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran
dan akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut mempunyai
andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan kesehatan
masyarakat di Indonesia adalah berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di
Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium
lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta.
Laboratorium-laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat
penting dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra,
cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti
gizi dan sanitasi.
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934
dan 1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian
mulai tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini dengan melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal.
Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi.
Pada tahun 1925, Hydrich, seorang petugas kesehatan
pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka
kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil
pengamatan dan analisisnya tersebut ini menyimpulkan bahwa penyebab tingginya
angka kematian dan kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi
lingkungan.
Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang
tempat, di kebun, selokan, kali bahkan di pinggir jalan padahal mereka
mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi
sanitasi lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu,
untuk memulai upaya kesehatan masyarakat, Hydrich mengembangkan daerah
percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan.
Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di
Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan
kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung
(Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang
selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena.
Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal
ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua
aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas.
Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan
kesehatan sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada
tahun 1956 ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah
Abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan
kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga
kesehatan.
Proyek ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan
antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan.
Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini
terpilih 8 desa wilayah pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera
Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean
(Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan
Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas
sekarang ini.
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan
merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan
kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang
dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada konsep Bandung dan
Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas
yang terdiri dari tipe A, B, dan C.
Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut, Departemen
Kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia.
Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan
mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan, di
kotamadya atau kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencakup :
ü
Kesehatan ibu dan anak
ü
Keluarga berencana
ü
Gizi
ü
Kesehatan lingkungan
ü
Pencegahan penyakit menular
ü
Penyuluhan kesehatan masyarakat
ü
Pengobatan
ü
Perawatan kesehatan masyarakat
ü
Usaha kesehatan gizi
ü
Usaha kesehatan sekolah
ü
Usaha kesehatan jiwa
ü
Laboratorium
ü
Pencatatan dan pelaporan
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati 2 saja,
yakni tipe A dan B dimana tipe A dikelola oleh dokter sedangkan tipe B hanya
dikelola oleh paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga medis maka akhirnya
pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B, hanya ada
satu tipe puskesmas yang dikepalai oleh seorang dokter.
Pada tahun 1979 juga dikembangkan 1 piranti manajerial guna
penilaian puskesmas yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :
a)
Strata 1 : puskesmas dengan prestasi sangat baik
b)
Strata 2 : puskesmas dengan prestasi rata-rata
atau standar
c)
Strata 3 : puskesmas dengan prestasi dibawah
rata-rata
Selanjutnya puskesmas juga dilengkapi dengan 2 piranti
manajerial yang lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan lokakarya mini
(Lokmin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana
(Posyandu). Program ini mencakup :
a)
Kesehatan ibu dan anak
b)
Keluarga berencana
c)
Gizi
d)
Penanggulangan penyakit diare
e)
Imunisasi
Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan
pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masing-masing.
D.
DEFENISI
KESEHATAN MASYARAKAT
Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan
masyarakat ini. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai
dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita
anut saat ini dapat diringkas sebagai berikut.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat
adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu
kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi.
Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan
kegiatan kesehatan masyarakat.
Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan
bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan
kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat
melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui
imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang
dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu
sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri
merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan
selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan
terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit
yang melanda penduduk atau masyarakat.
Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu
kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat
kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan
antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang
terjadi di masyarakat.
Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang
telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat
batasan kesehatan masyarakat yang disempurnakan oleh WHO ,sebagai berikut.
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk :
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk :
ü
mencegah timbulnya penyakit .
ü
Memperpanjang umur.
ü
meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental
melalui usaha usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi untuk:
·
Memperbaiki kesehatan lingkungan .
·
Pemberantasan penyakit penyakit infeksipada
masyarakat.
·
Mendidik masyarakatdalamprinsip prinsipkesehatan
perorangan .
·
Mengkordinasi tenaga tenaga kesehatan agar
mereka dapat melakukan perawatan dan pengobatan dengan sebaik-baiknya.
·
Mengembangkan usaha usaha masyarakat agar dapat
mencapai tingkat hidupyang setinggi tingginya sehingga dapat memperbaiki dan
memelihara kesehatannya.
Batasan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948).
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat. Batasan ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan
pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari
hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu
kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu
kesehatan masyarakat.
Tujuan kesehatan masyarakat adalah baikdalam bidang promotif
,preventif,kuratif,dan rehabilitatif, adalah agar warga masyarakat dapat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya baik fisik,mental,sosial,serta
di harapkan berumur panjang.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut Winslow menetapkan suatu
syarat yang sangat pentingyaitu:”Harus selalu adapengertian ,bantuan dan
partisipasi dari masyarakat secara teratur dan terus menerus.
E.
RUANG
LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
Sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu
kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin
ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,mencakup ilmu biologi,
ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika,ilmu lingkungan,sosiologi,
antropologi, psikologi,ilmu pendidikan dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu
kesehatan masyarakat adalah merupakan ilmu yang multidisiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat
atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarkat antara lain :
i.
Epidemiologi
Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada,
Demos=penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat. Banyak definisi tentang Epidemiologi
yang diungkapkan para ahli, beberapa diantaranya yaitu :
v
W.H.
Welch
Epidemiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan
penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah
yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga
penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan
lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih
berkembang.
v
Mausner
dan Kramer
Epidemiologi
merupakan studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan
pada populasi manusia.
v
Last
Epidemiologi
adalah studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian
yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk
menanggulangi masalah kesehatan.
v
Mac Mahon
dan Pugh
Epidemiologi
adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan
faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
v
Omran
Epidemiologi
adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit
dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang
terjadi pada kelompok penduduk.
v
W.H.
Frost
Epidemiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit
pada manusia menurut waktu dan tempat.
v
Azrul
Azwar
Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen
penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
1) Frekuensi masalah kesehatan .
2) Penyebaran masalah kesehatan.
3)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan.
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan
faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang
diperlukan, maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang
kesehatan masyarakat berupa :
a)
Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan
dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b)
Menyediakan data yang diperlukan untuk
perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c)
Membantu melakukan evaluasi terhadap program
kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
d)
Mengembangkan metodologi untuk menganalisis
keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e)
Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk
menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
Hal yang perlu kita perhatikan sebagai tenaga kesehatan
khususnya yang memiliki basic di bidang epidemiologi yang mengetahui apa saja
ruang lingkup atau jangkauan epidemiologi karena ruang lingkup epidemiologi
semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan
masyarakat. Perkembangan tersebut secara kasat mata dapa kita lihat dalam
lingkup kesehatan sekarang ini. Sebagai gambaran perkembangan ruang lingkup
epidemiologi dapat di lihat sebagai berikut :
§
Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek
epidemiologi.
Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari
penyakit yang dapat menimbulkan wabah melalui temuan-temuan tentang jenis
penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta bagaimana penanggulangan
penaykait wabah tersebut. Kemudia tahap berikutnya berkembang lagi menyangkut
penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit non
infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll. Perkemnbang selanjutnya
mulai meluas ke hal-hal yang bukan penyakit seperti fertilitas, menopouse,
kecelakkaan, kenakalan remaja, penyalahgunaan obat-obat terlarang, merokok,
hingga masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya
masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga
kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek
dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
§
Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari
masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap
sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana
atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya
dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
§
Pemanfaatan data tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatandalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah
kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Di era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini
memicu jangkauan epidemiolgi semakin meluas. Secara garis besarnya jangkauan
atau ruang lingkup epidemiologi antara lain:
1. Epidemiologi Penyakit Menular.
2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
3. Epidemiologi Kesehatan Reproduksi.
4. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.
5. Epidemiologi Kesehatan Kerja.
6. Epidemiologi Kesehatan Darurat.
7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa.
8. Epidemiologi Perencanaan.
9. Epidemiologi Prilaku.
10. Epidemiologi Genetik.
11. Epidemiologi Gizi.
12. Epidemiologi Remaja.
13. Epidemiologi Demografi.
14. Epidemiologi Klinik.
15. Epidemiologi Kausalitas.
16. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan.
Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan
tantang bagi tenaga kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil
tindakan-tindakan yang tidak melenceng dari jangkauan tersebut. Adapun yang
menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut adalah perkembangan pengetahuan dan
teknologi yang semakin canggih yang menununtut peningkatan kebutuhan masyarakat
utamanya dalam bidang kesehatan sehingga kehidupan masyarakat yang semakin
kompleks. Selain itu, metode epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular
dapat juga digunakan untuk penyakit non-infeksi. Apalagi dengan munculnya
berbagai macam fenomena kesehatan seperti penyakit baru dan lama (prevalensi)
mendorong penelitian juga semakin meningakat. Demikian juga ilmu epidemiologi
digunakan dalam mempelajari asosiasi-asosiasi sebab- akibat fenomena masalah
kesehatan dan penduduk.
ii.
Biostatistik /Statistik Kesehatan
Statistik dipakai dalam masalah-masalah kesehatan, baik dalam
rencana, aplikasi, evaluasi, maupun monitoring. Statistik menjadi penting
karena setiap pencatatan permasalahan kesehatan diperlukan untuk melakukan
perbaikan.
Ruang Lingkup statistika kesehatan :
Ruang Lingkup statistika kesehatan :
• Statistika perikehidupan, berupa kelahiran, kematian, dan
perkawinan.
• Mortalitas.
• Fertilitas.
• Morbiditas.
• Pelayanan Kesehatan.
• Demografi.
• Lingkungan.
• Gizi.
Guna statistik kesehatan, antara lain :
1. Mengukur derajat kesehatan masyarakat.
2. Memonitor kemajuan status kesehatan di suatu daerah.
3. Mengevaluasi program kesehatan.
4. Membandingkan status kesehatan di berbagai daerah.
5.
Memotivasi tenaga kesehatan dan policy maker (pembuat kebijakan).
6.
Menentukan prioritas masalah kesehatan
Dalam biostatistik/statistik kesehatan, terdapat beberapa
barometer yakni :
§
Indikator
Indikator adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur status kesehatan dikenal. Guna Indikator adalah untuk mengukur, memonitor, dan alat bantu evaluasi. Adapun indikator terbagi 2 :
Indikator adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur status kesehatan dikenal. Guna Indikator adalah untuk mengukur, memonitor, dan alat bantu evaluasi. Adapun indikator terbagi 2 :
Indikator langsung , artinya dapat dilihat.
Contoh
: Imunisasi, PMT pada anak
Indikator tidak langsung yakni tidak dapat
dilihat tetapi bagaimana ia memberikan hasil.
Contoh : Penurunan prevalensi TBC
pada anak yang diimunisasi BCG, perubahan status gizi anak.
Adapun indikator dikatakan baik apabila VRSS.
- Valid = mengukur yang seharusnya.
- Reliable = hasil sama pada waktu dan keadaan berbeda.
- Spesific = ada perubahan hanya pada fenomena bersangkutan.
- Sensitive = peka terhadap perubahan.
§
Nilai absolut
Nilai absolut adalah jumlah orang /
frekuensi. Guna nilai absolut : merencanakan perbaikan. Contoh nilai absolut :
Data PUS (Pasangan Usia Subur) untuk menentukan target akseptor KB. Kelemahan
nilai absolute : Tidak dapat digunakana untuk membandingkan status kesehatan
antar satu wilayah dengan wilayah lain.
§
Rasio
Rasio adalah perbandingan secara relative (a/b). Kriteria : -a dan b tidak harus sama, a bukan bagian dari b. Kelebihan : lebih mudah karena tidak perlu “population at risk”. Kelemahannya yakni tidak dapat digunakan untuk memonitor status kesehatan dan tidak dapat menentukan nilai yang lebih besar.
Rasio adalah perbandingan secara relative (a/b). Kriteria : -a dan b tidak harus sama, a bukan bagian dari b. Kelebihan : lebih mudah karena tidak perlu “population at risk”. Kelemahannya yakni tidak dapat digunakan untuk memonitor status kesehatan dan tidak dapat menentukan nilai yang lebih besar.
§
Proporsi dan Rate
Proporsi untuk data yang tidak memperhatikan waktu,
sedangkan rate untuk data yang memperhatikan waktu. Proporsi dan rate dipakai
untuk menentukan Incidence Mortality Rate, Incidence Rate, Prevelance Rate, dan
lain-lain.
iii.
Kesehatan Lingkungan
Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk
menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu :
Ø
Penggunaan Air Bersih.
Ø
Rumah Sehat.
Ø
Keluarga
dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar.
Ø
Tempat Umum dan Pengolahan Makanan ( TUPM ).
iv.
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku.
v.
Administrasi Kesehatan Masyarakat
Administrasi kesehatan masyarakat yaitu kegiatan yang
dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan
sebaik-baiknya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Secara umum, fungsi adaministrasi dibedakan atas 4 macam
yakni :
a)
Perencanaan, termasuk perencanaan pembiayan.
b)
Pengorganisasian, yang didalamnya termasuk
penyusunan staff.
c)
Pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan,
pengkordinasian.
d)
Penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah
rencana yang telah disusun dapat dicapai atau tidak.
Dalam pencapaian tujuan administrasi kesehatan ini melibatkan
banyak pihak, diantaranya pemerintah, rumah sakit, asuransi dan apotik. Namun
dalam administrasi kesehatan ini tidak hanya pelayanan pengobatan tetapi juga bersifat
preventif (pencegahan).
vi.
Gizi Masyarakat
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji makanan
yang dikaitkan dengan kesehatan. Adapun ilmu gizi yakni mencakup mulai dari
pengadaan,pemilihan, pengolahan dan penyajian. Gizi masyarakat berurusan dengan
gangguan gizi pada masyrakat dimana masyarkay mempunyai aspekyang luas,sehingga
harus ditangani secara multisektoral.
vii.
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja dalam lingkup kesehatan masyarkat sering
dikaitkan dengan keselamatan kerja.Untuk itu, dikenal dengan K3 ( Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ). K3 merupakan adalah suatu kondisi yang terjadipada
seseorang dalam hubungannya dengan dunia atau tempat dimana ia kerja.Misalnya,
terjadi gangguan kerja akibat suana tempat kerja yang bising, cedera otot
tulang,bahaya kebakaran,dsb.
Ruang lingkup kegiatan kesehatan masyarakat meliputi
usaha-usaha :
1.
Promotif ( peningkatan kesehatan ), merupakan
usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan,pemeliharaan kesehatan
lingkungan,olahraga secara teratur,istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga
seseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang opptimal.
2.
Preventif ( pencegahan penyakit ), adalah usaha
yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha pemberian
imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala
untuk mendeteksi penyakit secara dini.
3.
Kuratif ( pengobatan ), adalah usaha yang
ditujukan terhadap orang yang sakit untuk dapat diobati secara tepat dan
adekuat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulihkan kesehatannya.
4.
Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan ), merupakan
usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang
dideritanya. Usaha pemulihan ini ditujukan untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan fisik,mentaldan social pasien sebagai akibat dari penyakit
yang dideritanya melalui latihan-latihan yang telah terprogram dan dapat
puladilakukan melalui latihan fisioterapi.
Secara garis besar,upaya-upaya yang dapat dikategorikan
sebagai seniatau penerapan ilmu kesehatan masyarakatantara lain sebagai berikut
:
a. Pemberantasan penyakit,baik menular maupun tidak menular.
b. Perbaiki sanitasilingkungan.
c. Pernaikan lingkungan pemukiman.
d. Pemberantasan vektor.
e. Pendidikan ( penyuluhan ) .
f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
g. Pembinaan gizi masyarakat.
h. Pengawasan sanitasitempat-tempat umum.
i. Pengawasan obat dan minuman.
j. Pembinaan peran serta masyarakat,dsb.
Untuk menatalaksanakan suatu usaha ksehatan masyarakat perlu
memperhatikan beberapa prinsip pokok sebagai berikut :
ü
Usaha kesehatan masyarakat lebih mengutamakan
usaha promotif dan preventif daripada kuratif.
ü
Dalam melaksanakan usaha promotif dan preventif
selalu mempergunakan biaya yang serendah-rendahnya dan mengharapakan hasilyang
sebaik-baiknya.
ü
Usaha kesehatan masyarakat berlandaskan pada
kegiatan-kegiatan masyarakat sebagai pelaku ( subjek)maupun sebagai sasaran
(objek0,dengan kata lain,usaha kesehatan masyarakat dari masyarakat,untuk masyarakat
dan oleh masyarakat.
ü
Dalam usaha kesehatan masyarakat selalu
melibatkan masyarakat sebagai pelaku melalui kegiatan masyarakat secara
terorganisasi.
ü
Usaha-usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan
harus diangkat dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat, jika
masalah tersebut tidak berhasil ditanggulangi maka akan dapat mengancam
kesehatan dan keselamatan masyarakat itu sendiri.
F.
FAKTOR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN MASYARAKAT
“Health is not everything but without health everything is
nothing”
Slogan di atas sangatlah tepat untuk menjadi cerminan perilaku kita sehari-hari, karena betapa ruginya kita semua jika dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum lagi biaya berobat yang semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan sanak saudara kita.
Slogan di atas sangatlah tepat untuk menjadi cerminan perilaku kita sehari-hari, karena betapa ruginya kita semua jika dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum lagi biaya berobat yang semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan sanak saudara kita.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, yaitu: factor perilaku, lingkungan, keturunan dan
pelayanan kesehatan.
a. Faktor Genetik
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan
perorangan atau masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain.Pengaruhnya
pada status kesehatan perorangan terjadisecara evolutif dan paling sukar di
deteksi .Untuk itu ,perlu dilakukan konseling genetik .Untuk kepentingan
kesehatan masyarakat atau keluarga ,faktor genetikperlu mendapat perhatian
dibidang pencegahan penyakit.Misalnya :seorang anakyang lahir dari orangtua
penderita diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak
yang lahir dari orang tua bukan penderita DM.Untuk upaya pencegahan ,anak yang
lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadaif aktor genetik
yang diwariskan orangtuanya .Olehkarenanya ,ia harus mengatur dietnya ,teratur
berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor
genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya .Jadi
dapat di umpamakan ,genetik adalah peluru (bullet ) tubuh manusia adalah pistol
(senjata),dan lingkungan /prilaku manusia adalah pelatuknya (trigger).
Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan
akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu
adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang
sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan
kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan
untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
b. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan ,dan pelayanan kesehatan
yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat
.Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan
kelengkapan sarana /prasarana ,dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan
.Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan
yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat.Misalnya ,jadwal
imunisasi yang teratur da penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan kebutuhan
,serta informasitentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada masyarakat akan
meningkatkan cakupan imunisasi.Cakupan imunisasiyang tinggi akan menekan angka
kesakitan akibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi .
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang
sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu,
Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga
ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kab/kota.
c. Faktor Prilaku Masyarakat
Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar
pengaruhnya terhadap munculnya gangguan kesehatan atau masalah kesehatan
masyarakat . Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa
disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan
masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat.Misalnya: Penyediaan
fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila ibu ibu tidak
datang ke pos-pos imunisasi.Perilaku ibu ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang sudah tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu ibu
tentang manfaat imunisasi dan efeksampingnya.Pengetahuan ibu ibu akan meningkat
karena adanya penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh
petugas kesehatan .Perilaku individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat
juga akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu
penyakit.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat
kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan
gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari
banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan,
diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci tangan sebelum
makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti
mencret-mencret lainnya.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan
dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat
kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya
yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan
infeksi saluran pencernaan.
Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh factor
lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang
tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab
demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk si sekitar memiliki
resiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan ,paradigma
H.L.Blum dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah
sesuai dengan faktor faktor yang berpengaruh pada status kesehatan masyarakat
.Analisis ke – 4 fator tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga masalah
kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas .Analisis ke -4
faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi perencnaan)untuk
pengembangan program kesehatan di suatu wilayah tertentu.
G.
SASARAN
KESEHATAN MASYARAKAT
a)
Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan ,yang dapat dilakukan di Rumah Sakit ,klinik ,puskesmas,rumah bersalin,posyandu,kelurga binaan dan masyarakat binaan.
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan ,yang dapat dilakukan di Rumah Sakit ,klinik ,puskesmas,rumah bersalin,posyandu,kelurga binaan dan masyarakat binaan.
b)
Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang tergolong dalam keluarga resiko resiko tinggi ,diantaranya adalah:
Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang tergolong dalam keluarga resiko resiko tinggi ,diantaranya adalah:
o
Anggota keluarga yang menderita penyakit
menular.
o
Keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi
dan pendidikan yang rendah.
o
Keluarga keluarga dengan masalah sanitasi
lingkungan yang buruk.
o
Keluarga keluarga dengan keadaan gizi buruk.
o
Keluarga keluarga dengan jumlah keluarga yang
banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga.
c)
Kelompok
Kelompok kelompok khusus yang menjadi
sasaran dalam penyuluhan kesehatan masyarakat adalah:
o
Kelompok ibu hamil .
o
kelompok ibu ibu yang memiliki anak balita.
o
kelompok PUS dengan resiko tinggi kebidanan.
o
kelompok kelompok masyarakat yang rawan terhadap
masalah kesehatan diantaranya adalah :
·
Kelompok usia lanjut.
·
Kelompok wanita tuna susila .
·
Kelompok anak remaja yang terlibat dalam
penyalahgunan narkotika.
o
Kelompok kelompok masyarakat yang ada diberbagai
institusi pelayanan kesehatan seperti:
·
Masyarakat sekolah .
·
Pekerja pekerja dalam perusahaan.
d)
Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan adalah:
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan adalah:
o
Masyarakat binaan Puskesmas.
o
Masyarakat Nelayan.
o
Masyarakat Pedesaaan.
o
Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan
kesehatan seperti Puskesmas ,posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan
secara massal.
o
Masyarakat yang luas yang terkena masalah
kesehatan seperti wabah DHF,muntah berak,dsb.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asclepius: dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan
pembedahan dengan cara tertentu. Higiena, asisten/isri Asclepius, mengajarkan
pada pengikutnya melalui pendekatan Hidup seimbang, menghindari makanan/minuman
beracun, makan makan yang bergizi, cukup istirahat dan olah raga. Dari cerita
mitos Yunani tersebut, muncul dua pendekatan dalam penangan kesehatan, aliran
pertama lebih menekankan pengobatan (kuratif), aliran kedua lebih menekankan
pencegahan (preventif) dan peningkatan (promosi) kesehatan.
Periode ilmu kesehatan masyarakat terbagiatas 2 yatu sebelum ilmu
pengetahuan dan sesudahnya.
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk
:
1)
Mencegah timbulnya penyakit.
2)
Memperpanjang umur.
3)
meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental
melalui usaha usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi.
Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan masyarakat
sebagai berikut:Epidemiologi ,Biostatistik / Statistik kesehata,Kesehatan
lingkungan,Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku,Administrasi kesehatan
masyarakat,Gizi masyarakat,Kesehatan kerja.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, yaitu: factor perilaku, lingkungan, keturunan dan
pelayanan kesehatan.
Sasaran Kesehatan masyarakat yaitu: individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
B. KRITIK DAN SARAN
Hendaknya para mahasiswa giat belajar agar bisa menenggulangi
permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat banyak saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Bandung: Citra Aditya Bakti
Kumpulan Materi Kesmas Bahan Bacaan Jurusan Kebidanan Politeknik Makassar.
Kumpulan Materi Kesmas Bahan Bacaan Jurusan Kebidanan Politeknik Makassar.
Soekidjo Notoatmojo.2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu
Kesehatan Masyarakat.Ed.2. Jakarta : Rineka Cipta
Soekidjo Notoatmojo, 2007.Kesehatan Masyarakat, Ilmu
dan Seni, , Jakarta: Rineka Cipta.
http://indonesianpublichealth.blogspot.com/2009/08/sejarah-kesehatan
masyarakat. html diakses tanggal 20 Mei 2012
http://soepritjahjono.wordpress.com/2009/11/22/perkembangankesehatanmasyarakat-
di-indonesia / diakses tanggal 20 Mei 2012
http://www.iklandisiniaja.com/582/Faktor_faktor_yang_mempengaruhi_derajat_kesehatan.html
diakses tanggal 20 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar